Selasa, 17 Maret 2009

Berhati-hati

“Ingatlah dalam tubuh manusia itu
ada segumpal daging.
Jika segumpal daging tersebut baik,
baiklah seluruh tubuhnya.
Namun, jika segumpal daging tersebut buruk, buruk pulalah seluruh tubuhnya.
Segumpal daging tersebut adalah hati!”

Semoga masih senantiasa Allah yang utama dan pertama di hati kita. Mudah-mudahan Allah yang senantiasa menatap kita memberi keberkahan dan kemudahan kepada kita untuk selalu mampu merawat hati dalam kebeningan dan keikhlasan.
Sahabat, saat berada di sebuah rumah yang terawat dan tertata apik, kita tentu akan merasa betah dan tenteram untuk berlama-lama di dalamnya. Mata kita akan teramat nyaman menatap lantai yang bersih mengkilap, kaca jendela yang bening tak berdebu, dinding yang bercat dan beraksesoris kaligrafi menawan, perabotan yang bersih dan tertata rapi, serta bunga dengan warna-warni yang padu semerbak mewangi dan tertata apik menghiasi seisi rumah.
Saat perlu ke kamar kecil, kita pun menemukan kamar kecil yang wangi dan teramat bersih. Subhanallah, tiada satu pun cacat yang terlihat, tiada satu pun aib yang tersingkap. Takkan ada keluh kesah dan resah gelisah meski berlama lama berada di dalam rumah indah seperti itu. Yang ada hanyalah keindahan yang menyejukkan dan teramat luar biasa menawan.
Namun, lain halnya jika kita memasuki sebuah rumah yang tidak terawat. Kita tentu takkan betah berlama-lama berada di dalamnya. Mata kita takkan sudi apalagi merasa nyaman meski untuk sekadar menatap lantai yang kotor berlumut, kaca jendela yang gelap berdebu tebal sampai berkarat, dinding yang kusam dengan banyak bagian yang catnya terkelupas, serta perabotan yang rusak dan tidak tertata. Suasana kumuh dan bau pengap merajai seisi rumah hingga tak sedikit hewan kotor, seperti kecoa dan tikus dengan sukacita berkeliaran bebas di dalamnya.
Saat perlu ke kamar kecil, kita pun dipaksa tutup mata-tutup hidung rapat-rapat karena lantai yang licin berlumut dan bau yang menyengat. Yang ada hanyalah kekusaman yang menjijikkan dan teramat luar biasa menyesakkan.
Sahabat, rumah yang terawat tadi dapat diibaratkan sebagai hati yang bersih yang senantiasa terawat dan terpelihara. Orang yang hatinya bersih takkan merasa was-was dan resah gelisah dengan aneka ketentuan dari Allah. Tak pernah berlaku sifat keluh kesah bagi orang yang berhati bersih. Apa pun yang Allah tentukan buatnya senantiasa dimaknai dan diterimanya dengan suka cita tanpa hiasan warna-warni keluh-kesah.
Subhanallah, semua ketentuan dari Allah, apa pun bentuknya, senantiasa baik untuknya. Siapa pun yang berada di dekatnya akan merasakan kenyamanan dan ketenteraman yang luar biasa hingga tetap betah meski harus berlama-lama berdekatan dengannya.
Siapa orangnya yang tidak terpikat untuk mempunyai hati yang tak pernah sempat terwarnai sifat resah gelisah. Siapa pula orangnya yang tidak merasa tenteram untuk berlama-lama ber-dekatan dengan sesuatu yang dapat membuatnya teramat nyaman dan teramat menyejukkan.
Tamsil yang kedua, yakni rumah yang tak terawatt dapat diibaratkan hati yang kotor tak terpelihara. Orang yang hatinya kotor akan senantiasa was-was dan merasa resah dalam menjalani setiap aktivitas. Segala kejadian yang menimpa dicurigai sebagai sesuatu yang akan membahayakan dan merugikannya. Saat ada orang yang menawarinya makanan, ia pun curiga jangan-jangan makanan tersebut telah ditaburi racun. Begitu pula saat Allah menetapkan suatu ketentuan, ia pun mencurigai Allah. Bahkan, boleh jadi menuduh Allah telah pilih kasih dan tidak adil. Padahal boleh jadi, ia sendiri yang salah dan tidak adil dalam memahami dan memaknai.
“Boleh jadi apa yang kamu kira baik
padahal teramat buruk bagimu.
Dan boleh jadi apa yang kamu kira buruk padahal ia teramat baik bagimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
Orang yang hatinya kotor selalu berprasangka buruk kepada segala sesuatu. Gerak-geriknya kaku penuh curiga. Setiap aktivitasnya tak pernah terhiasi rasa ikhlas hingga tak ada keberkahan dan kebaikan yang dapat ia peroleh. Apa pun yang dijalani dan dialaminya tak pernah dirasakannya sebagai suatu nikmat. Setiap menjalani aktivitas, ia pun akan selalu merasa rugi yang tiada henti. Orang lain pun takkan merasa betah berlama-lama berada di dekatnya karena bagaimana mungkin akan tenteram jika berdekatan dengan sesuatu yang meresahkan. Tak ada rasa nyaman yang dapat diperoleh darinya.
Sahabat, betapa ruginya hidup dengan hati yang kotor tak terpelihara. Dan hal ini bisa saja menimpa kita jika kita tak pandai menjagai dan memeliharanya. Maka berhati-hatilah dengan hati. Sekali dikotori, kita pun akan sulit membenahi-nya kembali. Semoga Allah, Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati senantiasa memberi kemudahan kepada kita untuk memiliki hati yang bersih, hati yang terpelihara dan terselamatkan.

Saat Ayahmu Teramat Khawatir

Anakku…
Awalnya, saya teramat berharap anak pertamaku adalah seorang laki-laki. Namun, harapan tersebut serta merta berubah saat saya baca sebuah hadits Rosul “Barang siapa dikaruniai anak perempuan kemudian mampu menjaganya hingga baligh (dewasa) maka Alllah jaminkan syurga bagi kedua orang tuanya.” Sejak saat itu, saya berdoa agar anak pertamaku adalah perempuan.
Anakku…
Jika kau tahu suasana hatiku saat menatap wajahmu untuk pertama kalinya… Subhanalloh… haru biru antara rasa bahagia dan kerinduan tak terkira mengisi setiap relung hatiku. Sungguh, tak ada satu pun sudut di hatiku yang tak terisi dengan rasa serupa.
Anakku…
Jika kau tahu suasana hatiku saat kau beranjak dewasa kini… Subhanalloh… ketar-ketir aneka rasa khawatir menghinggapi setiap sudut hatiku… akankah bapak mampu menjagamu hingga layak mendapatkan jaminan syurga? Sungguh… ku teramat khawatir anakku, saat kau lebih senang berdendang peterpan ketimbang tilawah quran, saat kau teramat terampil berbaik-baik dengan teman ketimbang dengan adikmu sendiri.
Anakku…
Banyak orang tua yang merasa gelisah ketika anaknya yang mulai beranjak dewasa tak mau lagi berbagi cerita. Banyak orang tua yang merana ketika anaknya yang mulai beranjak dewasa mulai sering berdusta. Tapi saya yakin anakku, kau tak mungkin berbuat seperti itu.
Anakku…
Maafkan bapak dan ibumu jika tak pandai menjagamu… jika tak cerdas memahami hatimu… jika tak pintar mengetahui maumu… maafkan kami, sungguh… Cinta kami padamu takkan pernah tergantikan. Rasa bangga kami padamu takkan pernah terpudarkan…
Anakku…
Saat ini Allah sedang menatap kita. Allah akan muliakan siapapun yang gemar memuliakan orang lain. Bantu kami untuk memahami hatimu hingga kami mampu berbuat yang terbaik untukmu. Bantu adik-adikmu untuk memuliakan sesama hingga mereka mau meneladanimu.
Anakku…
Semoga Allah memuliakanmu dan menjadikan sisa usiamu penuh dengan keberkahan. Amin.



dari hatiku,
mazzmardli